Jumat, 24 April 2009

”SUARA-SUARA ANEH SEMALAM, TERNYATA ADALAH………”

Sekarang ini dikamar saya sudah menunjukkan pukul 00.35 tengah malam, itu berarti tanggal 24 april sudah terlampaui dan kini memasuki hari jum’at tanggal 25 april 2009. tapi tunggu dulu, kawan, kenapa malam ini mata saya tidak mau terpejam ya, untuk sekedar diketahui bahwa saya bukan penderita insomnia. Tapi saya adalah penderita sinusitis sejak 1 tahun belakangan ini. Itulah yang membuat saya sulit tidur. Barangkali ini bisa dikatakan insomnia yang disebakan oleh sesuatu penyakit, hmm….boleh juga dianggapnya begitu.

Jantung saya malam ini sangat berdebar-debar, mata dan telinga saya siaga setiap kali mendengar suara-suara dari dapur dibelakang. Saya mencoba mendengar lebih rinci dan dalam. Terdengar suara ketokan pintu, suara panci dipukul sesuatu, gemerisik kantong plastik tak kalah pula hebohnya. Apa gerangan yang terjadi di dapur saya saat ini? Intip saja, susah betul sih! Betul kawan, tapi saya tidak berani untuk sekedar mengintip atau menginjakkan kaki ke dapur yang padahal jaraknya cukup dekat dengan kamar saya. Tidak..tidak mungkin penghuni rumah lain, yang keluar kamar hendak ke kamar mandi. Di rumah pada saat ini saya hanya sendiri, tidak ada anggota keluarga yang lain, ini karena keadaan yang harus saya jalani, walaupun sebenarnya saya bukanlah tipe seorang pemberani. Seingat saya waktu kecil dulu untuk ke kamar mandi saja masih takut, apalagi di rumah sendirian, sekalipun dalam kondisi siang bolong saya tak berani. Tak apalah, hitung-hitung ini adalah sebuah pembelajaran bagi saya pribadi agar tidak penakut, walau yang ditakutkan itupun tak jelas adanya.

Baru saja terdengar lagi suara aneh dari dapur. Tanpa sengaja mata saya mengarah ke kalender yang tergantung manis di salah satu sudut kamar. Dengan pandangan kosong melihat ke bulan April. Tiba-tiba saya kaget mata saya terbelalak, bahwa malam ini adalah malam jum’at tepatnya pahing, untung tidak kliwon. Kalau kliwon yang saya lihat, mungkin saya sudah menggigil ketakutan, ditambah lagi suara aneh itu yang datangnya secara tiba-tiba, kadang pelan kadang kala keras. Ada juga terdengar suara makanan yang sedang dicabik-cabik dan dikunyah-kunyah dengan rakus memakai geraham yang kuat dan dengan tempo yang cepat. Lagi-lagi saya tidak berani, walau hanya untuk sekedar mengintip suasana di dapur. Bagaimana kalau saya sedang mengintip dari jendela itu, tiba-tiba saja ada sepasang mata bulat besar merah dan nanar yang pada saat itu mengetahui saya sedang mengintipnya. Atau saya mendapati ada sesosok makhluk yang tinggi besar menyeramkan yang sedang asyik melahap semua makanan di dapur...ah...lagi lagi saya tak berani. Saya bisa mati berdiri kalau benar-benar mendapati kejadian mengerikan seperti itu.

Lekas-lekas saya beranjak merebahkan diri ke tempat tidur, lalu sekenanya saya ambil selimut yang cukup besar untuk membenamkan seluruh tubuh saya tanpa terkecuali karena luar biasa takutnya pada saat itu. Lampu kamar sengaja tidak saya matikan, karena dalam suasana yang mencekam seperti ini tidak tepat rasanya lampu dimatikan, karena akan menambah ketakutan saya saja.

Akhirnya saya terbangun dan ternyata sudah pagi. Ayam berkokok-kokok dari segala penjuru, bersahut-sahutan. Syukurlah batin saya, tidak terjadi apa-apa pada saya. Semalam saya tidak tahu kapan saya mulai terlelap. Rasa takut yang luar biasa hinggap itulah yang menyebabkan keletihan sehingga otot-otot menjadi aus dan menuntut untuk istirahat dengan sendirinya. Dan tahu apa yang terjadi setelah saya buka pintu kamar secara perlahan-lahan, kawan, seperti seorang maling yang sedang siaga dan tidak mengeluarkan suara berisik agar sang empunya rumah yang mau dirampok tidak terbangun, kalau terbangun bisa bahaya. Semua rencana akan gagal total tanpa membawa satu pun hasil ”Ronda” malam, saya lihat kiri dan kanan saling bergantian selama beberapa kali, untuk memastikan keadaan sekitar aman dan terkendali. Setelah semuanya baik, saya mengendap-endap bagai seekor kucing yang diam-diam masuk ke rumah saat empunya rumah lengah, berharap bisa mendapatkan seekor lauk goreng dari atas meja makan yang sedang ternganga tanpa penutup tudung untuk dibawa kabur, sambil berlenggak lenggok karena telah berhasil dengan satu misi yaitu mencuri lauk.

Suasana perabotan dapur sangat kacau sekali saya lihat, piring bertebaran, sapu terjatuh ke lantai, sampah yang malam itu sudah rapi saya ikat dengan sebuah kantong plastik hitam menjadi tidak keruan karena isinya sudah tercabik keluar dan berserakan. Pemandangan yang mengotori pandangan mata memang. Layaknya seorang detektif yang memeriksa apakah ada sesuatu benda atau sidik jari yang ditinggalkan oleh pelaku, yang kalau sewaktu-waktu bisa dijadikan barang bukti di pengadilan nanti. Oo...ternyata sungguh banyak jejak yang ditinggalkan oleh pelaku semalam tadi yaitu ada beberapa jejak kaki kecil-kecil agak samar, tapi dapat dihitung ia berjari lima, lalu ada rambut-rambut halus berwarna hitam yang menempel di lantai, dan terakhir adalah kotoran-kotoran yang kalau diperhatikan bentuknya bulat memanjang, berwarna hitam kecoklatan, berkonsistensi agak keras yang berjumlah sangat banyak. Pemandangan yang saya lihat ini sama keadaannya ketika saya iseng-iseng untuk berkunjung ke laboratorium Farmakologi yang memakai hewan percobaan untuk eksperimen-eksperimen teman saya. Dengan menganalogikan dua keadaan ini, maka ya..tidak salah lagi, ini adalah kerjaan Si Tikus Got yang selalu mendatangi rumah-rumah pada malam hari untuk mengacau dan berbuat onar dengan cara menebar kotoran, kencing, serta rambut yang tak kalah bau dan jijik dari bentuknya yang hitam besar dan menyeramkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar