Jumat, 24 April 2009

”SI ULAR PUTIH”

Entah kenapa akhir-akhir ini saya senang sekali meng-unduh lagu-lagu lama dari internet. Kalau nggak warnet yang tak jauh dari kampus, paling banter dekat rumah saja. Ini bukan suatu yang dibuat-buat atau disengaja, karena saya memang lebih senang dengar lagu-lagu lama daripada lagu-lagu baru yang notabene hampir setiap hari diputar, baik sengaja didengar atau tidak sengaja terdengar mulai bosan bagi telingaku, ditambah lagi setiap stasiun teve yang latah semuanya ikut-ikutan bikin acara musik yang mengusung musik-musik anak negeri. Tak jarang tiap hari bahkan berminggu-minggu lagunya itu-itu saja yang diputar, bosan saya jadinya, jadi pengen dengar lagu lama alias lagu jadul, lagu tahun ’90 an yang takkan pernah ngebosenin. Kalo bicara lagu lama, saya punya penyanyi favorit dan lagu favorit juga, seperti ”emen”nya Yosie Lucky, ”segala rasa cinta” Fryda, ”amburadul” Ruth Sahanaya, dan masih seabrek lagi banyaknya. Banyak juga sih lagu-lagu yang tidak bisa diunduh, apalagi lagu-lagu lama, sangat susah kayaknya dari lagu-lagu baru. Kalaupun ada, tak jarang kualitasnya jelek. Mending yang asli, tapi masalahnya, lagu-lagu lama kan kasetnya susah dicari, apalagi yang ’80 an.
Dari kecil saya memang sudah terbiasa dengar lagu-lagu yang lagi ”in” pada saat itu. Apalagi kakak-kakak saya senang sekali beli kaset, sampai-sampai ada tempat khusus untuk menaruh kaset-kasetnya. Paling kurang satu bulan mereka beli satu buah kaset. Sewaktu saya taman kanak-kanak, saya dan kakak senang sekali dengar kasetnya pak raden, yang tidak hanya ada lagunya, tapi juga ada dramanya. Saya ingat sekali pas SD waktu pertama kali punya kaset sendiri dan beli sendiri, nama grup penyanyinya saya sudah lupa, tapi yang jumlah mereka entah tiga atau lima orang, saya sudah lupa, umur mereka kurang lebih sama dengan saya. Sering sekali saya menanti-nanti di depan teve ( kala itu stasiun teve tidak terlalu banyak, hanya ada TVRI saja ) kalau-kalau ada lagunya muncul, kalau lagunya sedang diputar wah..senangnya hati ini, mungkin seperti anak kecil yang senang karena telah diberi permen segepok. Saya ingat betul saat itu, lirik lagunya hapal sekali, bahkan tariannya pun hapal juga. Bahkan saya juga ajak teman-teman dekat rumah ikutin tarian saya. Kami iseng buat grup beranggotakan lima orang. Sekarang penyanyi anak-anak itu sudah dewasa, di teve pernah saya lihat kalau salah satu dari mereka masih aktif di teve sebagai presenter acara olah raga, sedang yang lainnya saya nggak tahu kabarnya. Judul lagunya yang paling saya suka dan menjadi hits adalah ”Si Ular Putih”. Tak terhingga betapa bahagianya saya ketika punya kasetnya, tapi ada satu permasalahan yaitu sepulang dari membeli kaset, saya dapati lampu di rumah lagi mati, padahal hasrat saya untuk memutar semua lagu-lagu dikaset itu sangat besar, tak terbandung lagi, sehingga terpaksa saya ke rumah sebelah yang masih saudara juga untuk numpang dengar kaset tersebut. Setelah lampu kembali pulih, baru dengar dirumah. Tape dirumah saat itu masih tape keluaran lama, yang punya adalah ayah saya, suaranya masih kencang dan enak didengar, tape itu terbilang langka bagi saya karena tidak saya jumpai di tempat lain, bentuknya seperti kotak tipis yang ceper, tiduran telentang dan tidak ”berdiri” seperti tape model zaman kini, mungkin tape itu buatan luar dan belinya di Timor-Timur pula ( ayah merantau mencari nafkah bagi keluarga sejak saya kecil, tapi umur berapanya saya waktu itu sudah tidak ingat lagi, dan seingat saya waktu itu ayah hanya pulang setahun sekali, yaitu saat bulan puasa hingga lebaran, kemudian balik lagi ke Timor-Timur. Sekarang Timor-Timur itu telah berpisah dari NKRI, membentuk negara sendiri ) entahlah saya tidak tahu persisnya.
Sekarang saya sadari bahwa lagu ”Si Ular Putih” sangat berkesan bagi hidup saya sewaktu kecil dulu. Dari kesukaan mendengar musik itulah saya bisa berempati dengan alat musik gitar, sehingga saya bisa memainkan dan menyetel-nyetel nadanya hingga pas, karena apabila kita sudah mempunyai sedikit saja sense terhadap sesuatu, maka belajar secara otodidak pun tak menjadi persoalan, toh saya hanya belajar dari buku tok. Dan mungkin hanya sedikit tambahan yaitu gift. Bagi saya sebuah lagu mampu mengingatkan lagi kejadian dahulu dan membangkitkan kotak-kotak ingatan akan masa-masa yang telah terlampaui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar