Jumat, 24 April 2009

"DALAM PULANG DI MALAM ITU"

Kulihat wajah gelapnya malam
Sunyi dan lengang disini
Jalan setapak kosong
Kuberdiri di ujungnya

Semburat awan memerah
Guruh hendak berpesta ribut diangkasa langit
Hendak turun hujan rupanya
Kubergegas pulang
Kukemasi langkah demi langkah

Kulihat seorang anak kecil
Menunduk jongkok di tepian jalan
Malam pekat mengapa ia disini
Tak maukah pulang kerumah?

Sayup-sayup terdengar suara tangisan
Arah suaranya dari anak itu, ya anak itu sumbernya...
Suaranya makin lama makin melemah
Lalu lenyap tiba
Dan suara hilang sudah
Saat ku hampir dekat di depannya
Tapi kenapa.....malam-malam begini
Tak maukah pulang kerumah?

Kutanya dia
Tapi hanya diam tak berkata
Kutanya lagi
Dan lagi dia diam
Kubalikkan wajahnya.....
Terkejut aku bahwa kudapati
Anak itu telah mati
Tapi kenapa mati?
Apa yang telah terjadi padanya?
Rupanya tangis itu merupakan
Suara terakhir yang bisa terucap olehnya
Hembusan terakhir hidupnya
Sampai akhirnya tak bersuara diam abadi.....

Dhian, lubay 29 maret 2009, 14.00 WIB siang

”SUARA-SUARA ANEH SEMALAM, TERNYATA ADALAH………”

Sekarang ini dikamar saya sudah menunjukkan pukul 00.35 tengah malam, itu berarti tanggal 24 april sudah terlampaui dan kini memasuki hari jum’at tanggal 25 april 2009. tapi tunggu dulu, kawan, kenapa malam ini mata saya tidak mau terpejam ya, untuk sekedar diketahui bahwa saya bukan penderita insomnia. Tapi saya adalah penderita sinusitis sejak 1 tahun belakangan ini. Itulah yang membuat saya sulit tidur. Barangkali ini bisa dikatakan insomnia yang disebakan oleh sesuatu penyakit, hmm….boleh juga dianggapnya begitu.

Jantung saya malam ini sangat berdebar-debar, mata dan telinga saya siaga setiap kali mendengar suara-suara dari dapur dibelakang. Saya mencoba mendengar lebih rinci dan dalam. Terdengar suara ketokan pintu, suara panci dipukul sesuatu, gemerisik kantong plastik tak kalah pula hebohnya. Apa gerangan yang terjadi di dapur saya saat ini? Intip saja, susah betul sih! Betul kawan, tapi saya tidak berani untuk sekedar mengintip atau menginjakkan kaki ke dapur yang padahal jaraknya cukup dekat dengan kamar saya. Tidak..tidak mungkin penghuni rumah lain, yang keluar kamar hendak ke kamar mandi. Di rumah pada saat ini saya hanya sendiri, tidak ada anggota keluarga yang lain, ini karena keadaan yang harus saya jalani, walaupun sebenarnya saya bukanlah tipe seorang pemberani. Seingat saya waktu kecil dulu untuk ke kamar mandi saja masih takut, apalagi di rumah sendirian, sekalipun dalam kondisi siang bolong saya tak berani. Tak apalah, hitung-hitung ini adalah sebuah pembelajaran bagi saya pribadi agar tidak penakut, walau yang ditakutkan itupun tak jelas adanya.

Baru saja terdengar lagi suara aneh dari dapur. Tanpa sengaja mata saya mengarah ke kalender yang tergantung manis di salah satu sudut kamar. Dengan pandangan kosong melihat ke bulan April. Tiba-tiba saya kaget mata saya terbelalak, bahwa malam ini adalah malam jum’at tepatnya pahing, untung tidak kliwon. Kalau kliwon yang saya lihat, mungkin saya sudah menggigil ketakutan, ditambah lagi suara aneh itu yang datangnya secara tiba-tiba, kadang pelan kadang kala keras. Ada juga terdengar suara makanan yang sedang dicabik-cabik dan dikunyah-kunyah dengan rakus memakai geraham yang kuat dan dengan tempo yang cepat. Lagi-lagi saya tidak berani, walau hanya untuk sekedar mengintip suasana di dapur. Bagaimana kalau saya sedang mengintip dari jendela itu, tiba-tiba saja ada sepasang mata bulat besar merah dan nanar yang pada saat itu mengetahui saya sedang mengintipnya. Atau saya mendapati ada sesosok makhluk yang tinggi besar menyeramkan yang sedang asyik melahap semua makanan di dapur...ah...lagi lagi saya tak berani. Saya bisa mati berdiri kalau benar-benar mendapati kejadian mengerikan seperti itu.

Lekas-lekas saya beranjak merebahkan diri ke tempat tidur, lalu sekenanya saya ambil selimut yang cukup besar untuk membenamkan seluruh tubuh saya tanpa terkecuali karena luar biasa takutnya pada saat itu. Lampu kamar sengaja tidak saya matikan, karena dalam suasana yang mencekam seperti ini tidak tepat rasanya lampu dimatikan, karena akan menambah ketakutan saya saja.

Akhirnya saya terbangun dan ternyata sudah pagi. Ayam berkokok-kokok dari segala penjuru, bersahut-sahutan. Syukurlah batin saya, tidak terjadi apa-apa pada saya. Semalam saya tidak tahu kapan saya mulai terlelap. Rasa takut yang luar biasa hinggap itulah yang menyebabkan keletihan sehingga otot-otot menjadi aus dan menuntut untuk istirahat dengan sendirinya. Dan tahu apa yang terjadi setelah saya buka pintu kamar secara perlahan-lahan, kawan, seperti seorang maling yang sedang siaga dan tidak mengeluarkan suara berisik agar sang empunya rumah yang mau dirampok tidak terbangun, kalau terbangun bisa bahaya. Semua rencana akan gagal total tanpa membawa satu pun hasil ”Ronda” malam, saya lihat kiri dan kanan saling bergantian selama beberapa kali, untuk memastikan keadaan sekitar aman dan terkendali. Setelah semuanya baik, saya mengendap-endap bagai seekor kucing yang diam-diam masuk ke rumah saat empunya rumah lengah, berharap bisa mendapatkan seekor lauk goreng dari atas meja makan yang sedang ternganga tanpa penutup tudung untuk dibawa kabur, sambil berlenggak lenggok karena telah berhasil dengan satu misi yaitu mencuri lauk.

Suasana perabotan dapur sangat kacau sekali saya lihat, piring bertebaran, sapu terjatuh ke lantai, sampah yang malam itu sudah rapi saya ikat dengan sebuah kantong plastik hitam menjadi tidak keruan karena isinya sudah tercabik keluar dan berserakan. Pemandangan yang mengotori pandangan mata memang. Layaknya seorang detektif yang memeriksa apakah ada sesuatu benda atau sidik jari yang ditinggalkan oleh pelaku, yang kalau sewaktu-waktu bisa dijadikan barang bukti di pengadilan nanti. Oo...ternyata sungguh banyak jejak yang ditinggalkan oleh pelaku semalam tadi yaitu ada beberapa jejak kaki kecil-kecil agak samar, tapi dapat dihitung ia berjari lima, lalu ada rambut-rambut halus berwarna hitam yang menempel di lantai, dan terakhir adalah kotoran-kotoran yang kalau diperhatikan bentuknya bulat memanjang, berwarna hitam kecoklatan, berkonsistensi agak keras yang berjumlah sangat banyak. Pemandangan yang saya lihat ini sama keadaannya ketika saya iseng-iseng untuk berkunjung ke laboratorium Farmakologi yang memakai hewan percobaan untuk eksperimen-eksperimen teman saya. Dengan menganalogikan dua keadaan ini, maka ya..tidak salah lagi, ini adalah kerjaan Si Tikus Got yang selalu mendatangi rumah-rumah pada malam hari untuk mengacau dan berbuat onar dengan cara menebar kotoran, kencing, serta rambut yang tak kalah bau dan jijik dari bentuknya yang hitam besar dan menyeramkan.

”SI ULAR PUTIH”

Entah kenapa akhir-akhir ini saya senang sekali meng-unduh lagu-lagu lama dari internet. Kalau nggak warnet yang tak jauh dari kampus, paling banter dekat rumah saja. Ini bukan suatu yang dibuat-buat atau disengaja, karena saya memang lebih senang dengar lagu-lagu lama daripada lagu-lagu baru yang notabene hampir setiap hari diputar, baik sengaja didengar atau tidak sengaja terdengar mulai bosan bagi telingaku, ditambah lagi setiap stasiun teve yang latah semuanya ikut-ikutan bikin acara musik yang mengusung musik-musik anak negeri. Tak jarang tiap hari bahkan berminggu-minggu lagunya itu-itu saja yang diputar, bosan saya jadinya, jadi pengen dengar lagu lama alias lagu jadul, lagu tahun ’90 an yang takkan pernah ngebosenin. Kalo bicara lagu lama, saya punya penyanyi favorit dan lagu favorit juga, seperti ”emen”nya Yosie Lucky, ”segala rasa cinta” Fryda, ”amburadul” Ruth Sahanaya, dan masih seabrek lagi banyaknya. Banyak juga sih lagu-lagu yang tidak bisa diunduh, apalagi lagu-lagu lama, sangat susah kayaknya dari lagu-lagu baru. Kalaupun ada, tak jarang kualitasnya jelek. Mending yang asli, tapi masalahnya, lagu-lagu lama kan kasetnya susah dicari, apalagi yang ’80 an.
Dari kecil saya memang sudah terbiasa dengar lagu-lagu yang lagi ”in” pada saat itu. Apalagi kakak-kakak saya senang sekali beli kaset, sampai-sampai ada tempat khusus untuk menaruh kaset-kasetnya. Paling kurang satu bulan mereka beli satu buah kaset. Sewaktu saya taman kanak-kanak, saya dan kakak senang sekali dengar kasetnya pak raden, yang tidak hanya ada lagunya, tapi juga ada dramanya. Saya ingat sekali pas SD waktu pertama kali punya kaset sendiri dan beli sendiri, nama grup penyanyinya saya sudah lupa, tapi yang jumlah mereka entah tiga atau lima orang, saya sudah lupa, umur mereka kurang lebih sama dengan saya. Sering sekali saya menanti-nanti di depan teve ( kala itu stasiun teve tidak terlalu banyak, hanya ada TVRI saja ) kalau-kalau ada lagunya muncul, kalau lagunya sedang diputar wah..senangnya hati ini, mungkin seperti anak kecil yang senang karena telah diberi permen segepok. Saya ingat betul saat itu, lirik lagunya hapal sekali, bahkan tariannya pun hapal juga. Bahkan saya juga ajak teman-teman dekat rumah ikutin tarian saya. Kami iseng buat grup beranggotakan lima orang. Sekarang penyanyi anak-anak itu sudah dewasa, di teve pernah saya lihat kalau salah satu dari mereka masih aktif di teve sebagai presenter acara olah raga, sedang yang lainnya saya nggak tahu kabarnya. Judul lagunya yang paling saya suka dan menjadi hits adalah ”Si Ular Putih”. Tak terhingga betapa bahagianya saya ketika punya kasetnya, tapi ada satu permasalahan yaitu sepulang dari membeli kaset, saya dapati lampu di rumah lagi mati, padahal hasrat saya untuk memutar semua lagu-lagu dikaset itu sangat besar, tak terbandung lagi, sehingga terpaksa saya ke rumah sebelah yang masih saudara juga untuk numpang dengar kaset tersebut. Setelah lampu kembali pulih, baru dengar dirumah. Tape dirumah saat itu masih tape keluaran lama, yang punya adalah ayah saya, suaranya masih kencang dan enak didengar, tape itu terbilang langka bagi saya karena tidak saya jumpai di tempat lain, bentuknya seperti kotak tipis yang ceper, tiduran telentang dan tidak ”berdiri” seperti tape model zaman kini, mungkin tape itu buatan luar dan belinya di Timor-Timur pula ( ayah merantau mencari nafkah bagi keluarga sejak saya kecil, tapi umur berapanya saya waktu itu sudah tidak ingat lagi, dan seingat saya waktu itu ayah hanya pulang setahun sekali, yaitu saat bulan puasa hingga lebaran, kemudian balik lagi ke Timor-Timur. Sekarang Timor-Timur itu telah berpisah dari NKRI, membentuk negara sendiri ) entahlah saya tidak tahu persisnya.
Sekarang saya sadari bahwa lagu ”Si Ular Putih” sangat berkesan bagi hidup saya sewaktu kecil dulu. Dari kesukaan mendengar musik itulah saya bisa berempati dengan alat musik gitar, sehingga saya bisa memainkan dan menyetel-nyetel nadanya hingga pas, karena apabila kita sudah mempunyai sedikit saja sense terhadap sesuatu, maka belajar secara otodidak pun tak menjadi persoalan, toh saya hanya belajar dari buku tok. Dan mungkin hanya sedikit tambahan yaitu gift. Bagi saya sebuah lagu mampu mengingatkan lagi kejadian dahulu dan membangkitkan kotak-kotak ingatan akan masa-masa yang telah terlampaui.

”DIPELAN ATAU TERPELAN????”

Pagi menjelang siang hari ini Saya berangkat ke kampus untuk memulangkan buku yang sudah Saya pinjam enam hari yang lalu, karena seharusnya tiga hari yang lewat jatuh tempo pemulangannya, alhasil Saya pun kena aturan denda per harinya Rp 500.-. Teman- teman Saya sering sekali mengelabui sang penjaga pustaka, yang apabila memulangkan buku sudah jauh lewat tempo dan denda yang harus dibayar terbilang banyak, maka dengan was-was dan waspada mereka mengembalikan lewat seorang Bapak yang notabene sangat tidak memperhatikan hal-hal demikian itu. Berbeda dengan salah seorang Ibu yang juga penjaga disana, jika kau memulangkan buku, maka dia akan memperhatikan dengan saksama. Tak-tik pun berhasil tanpa denda sepersen pun jua. Tapi Saya amatlah berbeda, mungkin dari kecil selalu diajarkan orang tua kalau berbuat sesuatu itu harus jujur, sehingga dengan usia Saya yang terbilang hampir memasuki gerbang usia manusia yang benar-benar menjadi wanita dewasa, hal tersebut masih melekat, walaupun dalam hal-hal tertentu tentunya yang sangat mendesak, kejujuran tidak selamanya bisa diandalkan hahaha……

Hari pun beranjak siang, Saya dan salah seorang teman menuju warnet terdekat dari kampus, karena ada file yang musti saya copy dari beliau sebagai bahan untuk persiapan mengajukan ujian akhir komprehensif. Kemudian Saya pun meluncur ke pasar raya padang untuk membeli beberapa novel sebagai bahan bacaan, refreshing dikala rasa jenuh menghampiri, maklumlah sebagai mahasiswa yang tak tamat tepat waktu, saya ini terkadang tak tahu harus mengerjakan apa. Mata kuliah Saya sudah habis dari semester delapan, sedangkan indeks prestasi kumulatif sedikit di atas syarat minimum untuk mengajukan diri sebagai PNS (pegawai negeri sipil) hehehe.....cukuplah itu bagi saya. Sebenarnya cita-cita Saya setelah lulus dari kuliah ingin sekali kerja di lingkungan swasta, karena menurut Saya yang kadang suka sekali menilai diri bahwa Saya tipe orang yang suka bosenan, nggak suka pada satu rutinitas yang membelenggu, sepertinya jiwa ini memberontak apabila ia berada pada jalur yang itu-itu saja. Tamat yang tidak tepat waktu ini Saya nilai akibat dari diri Saya yang suka slow-slow yang tak tergesa-gesa, bahkan bisa dibilang ”CUEK BEBEK” (baca: seenak maunya gue deh!) disamping tugas akhir yang saya rasa sulit, sehingga makin membuat Saya makiiiin slow mengerjakannya, karena sering terbentur oleh masalah-masalah yang tak mudah untuk selesai dengan pemikiran yang singkat. Akhirnya Alhamdulillah sekarang satu langkah lagi untuk menyelesaikan pendidikan di dunia ”PEROBATAN” ini, yaitu menunggu sidang kelulusan.

Ada satu hal yang mencuri perhatian Saya ketika melewati jalanan raya, mulai dari wilayah ulak karang, hingga akhirnya tiba di pasar raya, yaitu makin banyaknya orang yang kurang ingatan (baca: gila). Ada yang berumur sekitar 30-an, bahkan remaja seusia SMA-pun ada. Gaya dan aneka pakaian yang dikenakannya pun beragam, ada yang sangat-sangat lusuh, setengah bersih, bahkan sangat bersih layaknya orang yang normal (bahkan ia mengenakan kaos oblong berlambangkan nama salah satu parpol terkenal di negeri ini dan di luarnya dilapisi jaket pula...buka main gayanya....). Beberapa dari mereka memiliki habit yang luar biasa aneh dan tentunya diluar batas kenormalan kita, mulai dari sujud melulu tanpa bangkit-bangkit, jalan cepat (menurut Saya yang kalau diadu dengan atlet jalan cepat, mungkin masih cepetan si orang gila itu), sampai bergumam sendiri yang tak jelas ngomong apa, pokoknya macam-macamlah gaya mereka. Kegilaan zaman sekarang ini lebih sering didasari oleh faktor ekonomi, sehingga banyak sekali kita saksikan berita kriminal di teve yang mengisahkan seorang istri atau suami bunuh diri, bahkan ada sekeluarga dengan kompak nekat mengakhiri hidup secara ”BERJAMA’AH”. Sungguh kenyataan yang memilukan apabila dicermati dari sisi cermin jiwa dan hati. Jadi singkat kata, semakin modern suatu negara maka tingkat depresi akan semakin tinggi, seiring dengan tuntutan zaman sekarang yang bertambah hari semakin menunjukkan wajah kesulitannya, dimana pun kita berada pasti akan menjumpainya, dan itu tak mungkin bisa kita elakkan begitu saja selagi udara masih terasa masuk menuju paru-paru dan mengisi setiap inci tubuh yang memerlukan belaian sang oksigen untuk dapat dilaluinya (baca: hidup). Karena selagi bernafas, kebutuhan manusia akan semakin bertambah pula dan tak mungkin bisa berkurang, bahkan tak cukup-cukup bagi manusia yang materialistis sekalipun. Akhirnya perlulah kiranya hidup dengan ritme kerja yang cepat sedikit demi sedikit diperlambat, buatlah hidup sedikit berlega dan bernafas bisa jadi dengan melakukan berbagai hobi atau ber-meditasi ke dalam diri untuk mendapatkan oase bagi kesegaran jiwa.........bikin hidup seindah yang elo mau.........that’s all


Lubay, 06 April 2009